Penulis : Dian
Maharani
JAKARTA,
KOMPAS.com - Ada sejumlah penyakit manusia yang tidak bisa
disembuhkan. Salah satunya penyakit yang menyerang otak manusia seperti
parkinson dan alzheimer. Hingga saat ini, penderitanya meminum obat hanya untuk
memperlambat kerusakan pada otak.
Para
peneliti di berbagai negara pun mencoba mengembangkan pengobatan stem cells
atau sel punca untuk penyakit otak ini. Pembahasan stem cells untuk otak,
termasuk di Indonesia terus di lakukan. Salah satunya melalui forum Dr.
Boenjamin Setiawan Distinguished Lecture Series 2014 yang digelar PT Kalbe
Farma Tbk (Kalbe).
Acara
yang kedua kalinya digelar ini khusus membahas perkembangan terapi sel untuk
penyakit parkinson dan alzheimer. Para praktisi dan ahli terapi sel dan
neuroscience dari dalam maupun luar negeri berkumpul membahas tema
"Regenerating the Brain with Stem Cells." Mereka berbagi pengalaman
mengenai penelitian terapi sel dan aplikasinya bagi kehidupan manusia.
"Begitu
banyak minat dari peneliti, masyarakat, tentang pengobatan stem cells yang
menjanjikan kesembuhan atau perbaikan dari kondisi yang tidak bisa diobati ilmu
pengobatan saat ini. Stem cells ini memang ditujukan untuk penyakit yang saat
ini belum ada pengobatannya," terang Direktur Stem Cells Indonesia, Sie
Djohan di Hotel Four Seasons, Jakarta, Sabtu (13/9/2014).
Direktur
Supply Chain PT Kalbe Farma Tbk, Pre Agusta Siswantoro menambahkan, kegiatan
ini juga bertujuan untuk melahirkan peneliti muda yang tertarik dengan sistem
stem cells sehingga melibatkan sejumlah mahasiswa dari berbagai perguruan
tinggi di Indonesia
"Peneliti
seharusnya dibina sejak usia muda. Mulai dari anak SD juga dirangsang tertarik
ikut penelitian," kata Agusta.
Sel
punca adalah sel-sel baru yang dapat berkembang dalam tubuh. Terapi stem cells
dapat memperbaiki jaringan tubuh yang sudah rusak. Di berbagai negara, seperti
di Tiongkok, sel punca sudah digunakan sebagai layanan medis untuk mengobati
penyakit kronis seperti jantung dan ginjal.
Namun
di Indonesia sendiri masih terbatas pada skala penelitian. Saat ini, hanya 11
rumah sakit di Indonesia yang menjadi pusat pengembangan pelayanan medis penelitian
dan pendidikan bank jaringan dan sel punca.
"Kita
ingin terapi masa depan benar-benar bisa muncul dan berkembang di Indonesia.
Ini kesempatan Indonesia mengejar. Kita masih di awal penelitiannya,"
terang Djohan.
Djohan
menjelaskan, sejauh ini terapi sel di Indonesia telah diterapkan pada penderita
penyakit jantung dan radang sendi. Di Indonesia sendiri sudah ada 30 orang yang
menjalani terapi stem cell untuk jantung maupun sendi lutut. Hasil medisnya pun
membaik.
"Contohnya,
di lutut yang rusak tulang rawan. Jadi stem cell akan menumbuhkan kembali
tulang rawan. Lutut kembali bisa digerakkan, bisa berjalan. Begitu juga
dengan jantung," terang Djohan.
Menurut
Djohan, minat terhadap terapi stem cell di Indonesia cukup tinggi meskipun
harus merogoh kocek yang tak sedikit yakni mencapai ratusan juta rupiah.
Berdasarkan penelitian selama ini, stem cells aman bagi tubuh. Bahkan, efek
samping stem cells justru bisa berbuah manis untuk masalah penuaan atau
memberikan efek antiaging.
Risiko
stem cells juga semakin kecil jika menggunakan sel dalam tubuh manusia itu
sendiri. Sebab, tidak ada penolakan oleh tubuh terhadap sel baru tersebut.
Berbeda untuk sel dari orang lain yang bisa berkembang menjadi kanker. Untuk
itu para dokter akan sangat berhati-hati dan memastikan sel tidak akan ditolak
oleh tubuh.
Editor : Lusia Kus Anna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar